Kamis, 19 April 2012


KIAT SEHAT MEMILIH CALON SUAMI
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Tugas
Mata Kuliah
Perkembangan Peserta didik

Oleh
RANI MARLINA
41032151111017









PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PENDIDIKAN KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2011


KATA PENGANTAR
                                                                                     
Puji sukur kepada tuhan yang maha esa yang telah memberikan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul Kiat Sehat Memilih Calon Suami. Penulis susun sebagai usaha untuk memberikan informasi tentang pertimbangan dalam memilih calon pendamping hidup, supaya tidak sampai salah pilih.
Melalui upaya pendidikan,mari kita melangkah menuju masa depan yang lebih cerdas dan berkualitas yang dapat bersaing pada tingkat global. Dalam penyusunan Makalah  ini, penyusun sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil yang memuaskan. Namun inilah kenyataannya, penyusun menyadari akan keterbatasan kemampuan, sehingga penyusunan  makalah ini masih  jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua. Amin.


Bandung, 30 Oktober 2011
                                                                                               
                                                                                                Penulis,                                                                                               

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...............................................................................       i
DAFTAR ISI ..............................................................................................      ii
BAB I PENDAHULUAN
            1.1 latar belakang ............................................................................   1-2
            1.2 rumusan masalah .......................................................................   2-3
            1.3 tujuan penulisan .........................................................................      3
            1.4 Manfaat Penulisan .....................................................................      3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Mengapa Wanita Berisiko Salah Pilih .......................................   4-5
2.2 Meluaskan Pergaulan ................................................................   5-6
2.3 Penyebab Mendahulukan Hubungan Keintiman ......................   6-9
2.4 Ciri-Ciri Calon Suami Soleh ...................................................... 9-12
BAB III PENUTUP
            3.1 Kesimpulan ................................................................................    13
            3.2 Saran ..........................................................................................    13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................    14



BAB I
                                                  PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pernikahan merupakan ikatan diantara dua insan yang mempunyai banyak perbedaan, baik dari segi fisik, asuhan keluarga, pergaulan, cara berfikir (mental), pendidikan dan lain hal.
Dalam pandangan Islam, pernikahan merupakan ikatan yang amat suci dimana dua insan yang berlainan jenis dapat hidup bersama dengan direstui agama, kerabat, dan masyarakat.
Aqad nikah dalam Islam berlangsung sangat sederhana, terdiri dari dua kalimat “ijab dan qabul”. Tapi dengan dua kalimat ini telah dapat menaikkan hubungan dua makhluk Allah dari bumi yang rendah ke langit yang tinggi. Dengan dua kalimat ini berubahlah kekotoran menjadi kesucian, maksiat menjadi ibadah, maupun dosa menjadi amal sholeh.
Aqad nikah bukan hanya perjanjian antara dua insan. Aqad nikah juga merupakan perjanjian antara makhluk Allah dengan Al-Khaliq. Ketika dua tangan diulurkan (antara wali nikah dengan mempelai pria), untuk mengucapkan kalimat baik itu, diatasnya ada tangan Allah SWT, “Yadullahi fawqa aydihim”.
Begitu sakralnya aqad nikah, sehingga Allah menyebutnya “Mitsaqon gholizho” atau perjanjian Allah yang berat. Juga seperti perjanjian Allah dengan Bani Israil dan juga Perjanjian Allah dengan para Nabi adalah perjanjian yang berat (Q.S Al-Ahzab : 7), Allah juga menyebutkan aqad nikah antara dua orang anak manusia sebagai “Mitsaqon gholizho”. Karena janganlah pasangan suami istri dengan begitu mudahnya mengucapkan kata cerai
Aqad nikah dapat menjadi sunnah, wajib, makruh ataupun haram, hal ini disebabkan karena :
I. Sunnah, untuk menikah bila yang bersangkutan :
     a. Siap dan mampu menjalankan keinginan biologi,


     b. Siap dan mampu melaksanakan tanggung jawab berumah tangga.
II. Wajib menikah, apabila yang bersangkutan mempunyai keinginan biologi yang kuat, untuk menghindarkan dari hal-hal yang diharamkan untuk berbuat maksiat, juga yang bersangkutan telah mampu dan siap menjalankan tanggung jawab dalam rumah tangga.
Hal ini sesuai dengan firman Allah Q.S An-Nur : 33
III. Makruh, apabila yang bersangkutan tidak mempunyai kesanggupan menyalurkan biologi, walau seseorang tersebut sanggup melaksanakan tanggung jawab nafkah, dll. Atau sebaliknya dia mampu menyalurkan biologi, tetapi tidak mampu bertanggung jawab dalam memenuhi kewajiban dalam berumah tangga.
IV. Haram menikah, apabila dia mempunyai penyakit kelamin yang akan menular kepada pasangannya juga keturunannya.
Bagi mereka yang melaksanakan pernikahan dalam keadaan wajib dan sunnah, berarti dia telah melaksanakan perjanjian yang berat. Apabila perjanjian itu dilanggar, Allah akan mengutuknya.
Apabila perjanjian itu dilaksanakan dengan tulus, kita akan dimuliakan oleh Allah SWt, dan ditempatkan dalam lingkungan kasih Allah.
Disamping itu agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan, misalkan perceraian, pilihan teman hidup tidak boleh sampai meleset. Supaya tidak sampai salah pilih, pertimbangan yang diambil perlu lebih banyak, dan keputusan besar dalam hidup itu seharusnya tidak boleh diambil secara tergesa- gesa. Pemerintah Singapura sengaja menyusun panduan bagi kaum lajangnya dalam memilih teman hidup. Maka dari itu penulis mengangkat judul kiat sehat memilih calon suami, agar tidak sampai berharap ada kesempatan kedua untuk memilih calon suami. Bagi siapa pun perkawinan itu peristiwa sakral. Oleh karena itu, apapun motivasinya, perkawinan cukup satu kali.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Mengapa wanita berisiko salah pilih
2.      Apa tujuan meluaskan pergaulan
3.      Hal disebabkan oleh hubungan keintiman
4.      bagaimana ciri-ciri calon suami soleh

1.3  Tujuan Penulisan

Setiap aktivitas manusia senantiasa diiringi dengan suatu harapan sebagai kerangka landasan untuk melangkah lebih jauh dalam membiasakan sesuatu, termasuk membuat dan menulis suatu  karya tulis yang bermutu atau berguna. Harapan tersebut terkadang manifestasikan yang pada akhirnya dalam suatu tujuan, demikian halnya dengan penulisan karya tulis ini yang sasaran utamanya adalah :
1.      untuk mengetahui penyebab wanita salah pilih pasangan hidup
2.      menjelaskan tujuan meluaskan pergaulan
3.      menjelaskan akibat dari mendahulukan hubungan intim dalam berpacaran
4.      Mengetahui ciri-ciri calon suami soleh


1.4  Manfaat Penulisan

1.      Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis khususnya dan kepada pembaca pada umumnya serta menambah pemahaman terhadap manfaat mengetahui kiat sehat memilih calon suami agar kelak penulis terjun ke dunia pernikahan dalam hal ini sebagai seorang istri dapat memahami dan mengambil manfaat dari karya tulis ini.
2.      Hasil penulisan ini diharapkan menjadi bahan bacaan dalam rangka meningkatkan efektifitas dalam memilih pasangan hidup guna memperoleh hasil yang baik dan mencapai keluarga sakinah mawadah warohmah.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Mengapa Wanita Berisiko Salah Pilih
Tak gampang memilih jodoh yang pas. Banyak hal yang harus ditimbang-timbang. Perkawinan adalah peristiwa sakral. Karenanya, banyak hal yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk menikah. Sukses perkawinan juga dianggap ikut menentukan mutu sumber daya manusia bangsa.Tak heran, pemerintah Singapura sampai harus menyusun panduan memilih teman hidup agar generasi mudanya tak salah langkah. Salah satu butir panduan, misalnya, jangan lekas-lekas pergi nonton bioskop berdua. Maksudnya, agar seks selama berkencan tidak berjalan mendahului cinta.
Persoalannya, struktur demografi dunia sekarang ini menunjukkan angka, tersedia lebih sedikit pria dewasa untuk menjadi pasangan hidup wanita (low sex ratio). Fakta itu membuat banyak kaum Hawa di dunia merasa gelisah kalau-kalau tidak mendapat jodoh. Terlebih bagi wanita berkultur Timur yang menabukan wanita lebih aktif dalam bergaul dan mencari calon teman hidup.

Salah memilih teman hidup sering berawal dari kelewat cepat memutuskan bahwa dialah si "Mr. Right". Kurang matangnya menentukan pilihan teman hidup sebagian besar karena umur saat mulai berkencan kelewat muda, janji sehidup semati diputuskan ketika usia belum cukup dewasa, dan model pacaran yang dipilih jenis permisif dan kelewat ngebut.
Kalau begitu, kapan sesungguhnya seseorang sudah pantas pacaran? Secara biologis dan jiwa, seorang wanita baru matang setelah berumur 24 tahun. Jika diasumsikan pada umur 24 tahun sudah boleh menikah, pacaran mestinya sudah boleh berlangsung sebelum uisa itu. Tapi kapan? Statistik psikologi menyebutkan, pacaran tak boleh terlalu lama. Idealnya sekitar dua tahun. Lebih lama dari itu berisiko putus, sedangkan bila lebih pendek, kemungkinan belum cukup masak. Bagi kebanyakan remaja,

keputusan ini dianggap kolot. Mayoritas remaja sudah ingin pacaran lebih dini lagi.Pola gaul remaja putri sekarang, lelaki yang baru beberapa kali bertemu dan jalan bareng sudah diputuskan sebagai pacar. Itu berarti tidak ada lagi peluang buat teman lelaki lain untuk masuk dalam lingkaran pergaulan kita. Ibaratnya, mereka seperti katak di dalam tempurung. Seolah tidak ada lelaki lain yang lebih ideal dari si dia.
Akibatnya, banyak perkawinan yang berakhir dengan penyesalan, kenapa dulu memilih dia, kalau tahu sekarang ternyata menemukan calon yang lebih ideal. Ini menjadi masalah karena pilihan itu belum tentu benar selektif. Gaya dan pola gaul remaja sekarang yang lebih permisif dibanding kultur bangsanya, tentu berdampak pula terhadap model pacaran yang ditempuh. Akibatnya, seks berjalan mendahului cinta. Oleh karena menjadi serba permisif dalam menempuh proses berpacaran, akibatnya yang tumbuh lebih dulu adalah tunas seks ketimbang cinta.

2.2  Meluaskan Pergaulan
Sering keputusan pilihan teman hidup tanpa sadar terdesak oleh pertimbangan seks, bukan cinta. Padahal, cinta itu bukan emosi dan sensasi belaka. Cinta sekarang sudah dipandang dan harus diperlakukan sebagai sesuatu yang matematis, sesuatu yang bisa dinalar.
Harold Bessel, PhD, psikolog yang banyak mendalami soal cinta menemukan, dalam cinta terkandung tiga unsur utama, yakni romantic attractrion, intimacy, dan commitment. Dalam sosok cinta, kedudukan seks hanya merupakan bagian dari romantic attraction, komponen kecil saja dalam cinta. Namun, model pacaran remaja modern menjadikan unsur seks menjadi segala-galanya, akibat serba permisifnya dalam bergaul. Dianggap kuno kalau pacaran cuma pegang-pegangan tangan belaka.
            
Kencan yang sehat tidak boleh salah menentukan pilihan siapa yang laik (ideal) menjadi pacar. Kita tahu dalam otak kita tersimpan apa yang disebut sebagai “peta cinta.” Bahwa setiap orang merekam dalam benaknya, sosok-sosok lawan jenis seperti yang bagaimana yang menjadi tokoh idealnya. Dan itu menjadi alat penyaring dalam menentukan pilihan siapa yang akan menjadi teman spesial dalam bergaul.
Namun, karena sosok ideal saja belum jaminan pasti cocoknya sebagai pacar, tak perlu segera memutuskan untuk langsung menjadi pacar. Perlu bergaul dulu lebih luas, lebih banyak, lebih terbuka terhadap semua lawan jenis tanpa ada yang perlu dijadikan teman spesial.
Dengan demikian akan tetap membuka peluang mendapatkan sample calon pacar yang lebih cocok, ketimbang baru ketemu sekali dan merasa itu tipe ideal, lalu langsung menubruk bahwa dialah calon pacar yang tepat. Perlu diingat, pacar tidak harus abadi, dan setiap saat boleh dan sah saja untuk putus, daripada menyesal terpaksa menikah dengan orang yang salah (‘Mr. Wrong’).
Namun, model pacaran kebanyakan remaja modern sering terpupuk unsur seks. Baru ketemu seminggu sudah kissing, sebulan petting, lebih dari itu lama-lama sudah sampai ke organ kemaluan. Pacaran model remaja modern sering menjadi khusuk hanya pada urusan seks dan melupakan yang lainnya. Dan inilah awal salah pilih teman hidup itu.


2.3  Penyebab Mendahulukan Hubungan Keintiman

Hal lain yang menambah besar risiko salah pilih teman hidup, apabila proses pacaran yang mestinya lebih banyak bicara dan sedikit bekerja, ditempuh dengan cara sebaliknya: sedikit bicara dan banyak bekerja. Kita perlu terus mengingat konsep cinta Harold bahwa dalam cinta sejati dibutuhkan 3 unsur, dan salah satunya intimacy.
Maksudnya perlu dibangun keintiman selama menempuh proses pacaran. Artinya perlu saling mengenal, menyesuaikan diri, mencocokkan diri antara dua pribadi dari dua latar belakang yang tidak sama. Dari dua perbedaan, adakah terbangun toleransi, dan bukan menuntut perubahan bahwa kamu harus menjadi aku, dan aku menjadi kamu, melainkan untuk sehatnya, engkau dan aku menjadi senyawa bernama “kita”. Agar proses menempuh keintiman berjalan mulus dan mencapai hasil ideal, kencan tidak boleh direcoki oleh unsur seks. Seks bisa memberi hasil yang bias, yang mengecoh seolah-olah cocok. Padahal, sebetulnya mungkin hanya dicocok-cocokkan.
Apabila dari proses intimacy ternyata tidak pas, tidak klop, banyak ketidaksesuaian, dan toleransi tidak kunjung terbangun, jangan ragu untuk tidak dilanjutkan. Maka itu, supaya tidak berat menyetop pacaran, bangunlah model pacaran yang lebih berwibawa, yang tidak terlalu ngebut, yang wajar-wajar saja. Peran untuk membangun pacaran yang lebih anggun sebetulnya banyak ditentukan oleh pihak wanita. Mengapa?
Tidak mudah bagi pihak lelaki untuk sembarang menjadi berani, termasuk dalam sikap seksualitasnya terhadap wanita, apabila pihak wanita sendiri lebih berwibawa tidak gampangan dan murahan. Kepandaian wanita membatasi diri, dan berani untuk mengatakan tidak, untuk menolak, untuk menjaga diri tidak sembarang diapa-apakan seks oleh teman kencan, menentukan kualitas proses intimacy, atau tujuan kencan yang sehat.

Semakin ketat menjaga tidak sembarang dicium, sembarang dipeluk, sembarang dipegang-pegang, akan lebih memberi kesempatan kepada tunas cinta untuk mekar secara jujur, bukan gombal, atau cinta yang pura-pura belaka. Bahwa seks itu sesungguhnya harus didudukkan sebagai bunga dari cinta, dan bukan yang mengawali cinta. Ancaman yang datang dari pihak lelaki dalam berkencan, sering berbunyi, "Kalau betul cinta, buktikan dengan menyerahkan segalanya buat aku.” Semakin teguh menjaga kegadisan, semakin berwibawa seorang wanita sebagai gadis berpribadi luhur.
Bahwa pacar yang lari, yang menyatakan putus, setelah tidak diberi apa yang diminta, sebetulnya bisa dijadikan test case, bentuk uji coba, apakah dia pria yang setia pada cinta atau pemburu seks belaka. Pria yang menyimpan cinta sejati tidak akan mundur sekalipun tidak diberi seks. Pria yang menyatakan putus cinta jika tidak diberi seks, berarti bukan pria dengan cinta sejati.
Agar seks tidak berjalan mendahului cinta, hindarkan memasuki peluang-peluang berbahaya yang memberi kemungkinan terjadinya peristiwa seks dadakan, seperti duduk di mobil berdua malam hari, berada di tempat sunyi berdua, nonton bioskop berdua (sebagaimana menjadi butir-butir panduan pemerintah Singapura bagi para lajangnya). Jika wanita mudah terjebak dalam pikatan seks, akan lebih sukar mengelak untuk mengatakan tidak.
Hukum seks bagi wanita “the point of no return”. Apakah itu?
Dalam gelora seksualitas, faal seksualitas wanita memiliki tabiat, akan tibanya pada suatu titik pasrah sempurna di saat detik-detik libido sudah di puncak. Sekali titik libido memuncak itu terlewati, yang tidak boleh terjadi akan terjadi juga. Agar titik di mana wanita akan terlambat dan tak mampu undur lagi, maka pacaran tidak boleh kelewat batas.
Jauh sebelum terjatuh, pihak wanita masih punya rem yang lebih pakem dibanding faal seksualitas pasangannya. Pihak wanita yang sesungguhnya lebih bisa mengontrol jika pacaran mulai melaju lebih kencang. Dan pihak wanita juga yang tahu persis kapan rem seks itu harus betul-betul diinjak tandas, sebelum ‘kecelakaan’ seks terjadi.
Masalah timbul jika perkawinan dibangun di atas kecelakaan seks. Statistik menunjukkan bahwa perkawinan ‘kecelakaan seks’ umumnya tidaklah selanggeng perkawinan yang diputuskan secara matang. Kawin ‘kecelakaan seks’ umumnya buah dari keputusan yang masih mentah, dalam usia maupun kematangan proses kencannya. Itu berarti risiko untuk bercerai, jauh lebih besar dibanding perkawinan normal.
Harold menciptakan kuesioner untuk menilai apakah suatu perkawinan bahagia. Ternyata skor Romantic Atrraction (RAQ) pasangan yang perkawinannya berbahagia lebih tinggi dibanding yang perkawinannya gagal. Ini bukti bahwa proses kecocokan dalam perkawinan, yang ditentukan oleh kualitas proses intimacy, menentukan kebahagiaan perkawinan.
Bukankah kita sering mendengar perkawinan selebriti banyak yang putus di tengah jalan, dengan alasan sudah tidak ada kecocokan lagi? Satu bukti bahwa cinta saja (kalau benar ada), ternyata tidak cukup.  (Tabloid Nova)

2.4  ciri-ciri calon suami soleh

memiliki suami soleh pasti menjadi impian bagi sebagian besar wanita, khususnya mereka yang beragama islam. Dalam berumah tangga suami adalah imam. Membimbing istri untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik. Untuk itulah, mengapa sebagian besar wanita, ingin memiliki suami soleh. Suami soleh niscaya akan menjadi imam yang baik dalam keluarga. Seorang pria yang bisa menjadi contoh bagi ia dan anak-anak nya kelak. Suami soleh bukan berarti harus berprofesi sebagai ulama / ustad selama ia dapat membimbing istrinya ke jalan yang lebih baik, kriteria suami soleh sudah dimilikinya.
Tips memperoleh suami soleh :
1.      jangan berpacaran sebelum menikah
beberapa wanita menolak konsep ini, disebabkan mereka tidak ingin menikah dengan lelaki yang tidak mereka cintai. Bagi mereka rasa cinta tidak mungkin tumbuh jka mereka tidak berpacaran terlebih dahulu. Jelas anggapan mereka keliru. Seolah- olah menyalahkan aturan yang telah allah berikan kepada mereka. Allah telah menjanjikan suami yang soleh bagi mereka yang mematuhi perintahNya.
Allah mengharamkan pacaran disebabkan perbuatan tersebut dapat menjerumuskan seseorang kepada kemaksiatan yang jauh lebih besar (zina). Jika kita mematuhi perintah allah yang menciptakan manusia, dan erkuasa pada hati- hati mereka, tentu kita tidak perlu kawatir dengan rasa cinta. Suami soleh telah disediakan oleh allah.
Cinta bisa muncul dari jalur yang diridoi allah, karena rahmat yang diberikan allah pada suami istri. Perasaan cinta antar pasangan bisa terus terbina (tumbuh) dengan rahmat yang allah berikan. Jika allah melenyapkan rasa cinta pada pasangan yang awal mulanya menikah karena pacaran, maka yang terjadi kemudian adalah hilangnya perasaan cinta yang menggebu- gebu yang mereka miliki sebelum pacaran. Belum tentu yang lelaki kita yakini benar, adalah calon suami yang soleh untuk kita.

2.      Mengenakan jilbab
Agar memperoleh calon suami soleh, seorang wanita haruslah mengenakan jilbab. Apa hubungannya? Tentu ada hubungannya. Lelaki yang soleh yang nantinya akan menjadi suami yang soleh pula, umumnya tidak menginginkan wanita yang tidak berjilbab. Jiwa mereka yang baik membuat mereka ingin sesuatu yang baik ( seperti seorang wanita yang taat kepada allah salah satunya adalah dengan berjilbab). Jadi jangan harap akan mendapat suami soleh jika anda suka pergi ke diskotik. Lelaki soleh tidak dapat mencintai wanita- wanita penentang sariat karena kecintaan mereka terhadap allah sangat tinggi.
3.      Jadilah wanita solehah
Untuk mendapatkan suami yang soleh, maka jadilah wanita yang solehah. Bagaimana caranya, yaitu sedapat mungkin lakukan hal-hal yang diridoi allah dan jauhi hal-hal yang tidak diridoi allah. Wanita solehah tidak mungkin berpacaran sebelum menikah dan selalu menutup auratnya. Di samping itu, seorang wanita solehah pastinya memiliki akhlak yang baik, dan kelak dapat menghormati suaminya.
Jika anda belum merasa berakhlak baik, berdoalah pada allah agar dia menghiasi anda dengan akhlak yang baik. Hidup dengan seseorang yang berakhlak baik, dalam hal ini suami soleh, juga dapat membuat anda terpacu untuk menampilkan sisi baik. Suami soleh bisa menuntun anda menjadi istri yang solehah.
Bukankah manusia mempunyai kecendrungan berbuat baik kepada orang yang telah berbuat baik kepada mereka?
4.      Berdoa kepada allah
Berdoa agar mendapatkan calon suami soleh, berakhlak mulia adalah hal yang sering dilupakan oleh wanita. Padahal mendapatkan lelaki yang berakhlak mulia adalah sesuatu hal yang wajib bagi rumah tangga yang menginginkan kebahagian. Tanpa seorang laki-laki, yang mampu menghormati, menghargai, dan memahami istri, maka rumah tangga mustahil bahagia.
Banyak diantara lelaki yang memahami agama dengan baik, tapi tidak mampu mengamalkannya dengan baik. Mereka berakhlak buruk, menghina istrinya jika menemukan kekurangannya, tidak menghargai kerja keras sang istri selama di rumah, dan selalu menuntut istrinya, itu bukanlah merupakan ciri-ciri suami soleh.
Mereka mudah sekali mengkritik istrinya di depan anak-anak nya, sehingga anak-anaknya pun, ikut-ikutan mengkritik ibunya seperti yang dilakukan ayahnya. Keluarga seperti ini tentu saja akan gagal mencapai kebahagiaan dunia ampe akherat. Suami soleh jadi-jadi an, tidak mampu melahirkan anak-anak soleh dan solehah, karena tidak bisa menjadi teladan yang baik bagi anak-anak nya.
Agar terhindar dari lelaki berakhlak buruk, berdoalah pada allah agar allah memberikan lelaki yang baik, maka insa allah, allah akan membukakan jalan agar mendapat suami yang soleh.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tidak boleh terjadi sampai berharap sampai ada kesempatan kedua untuk memilih calon suami. Bagi siapapun perkawinan itu peristiwa sakral. Oleh karena itu, apapun motivasinya, perkawinan cukup satu kali.
Agar tidak sampai gagal perkawinan kita nanti, pilihan teman hidup tidak bolehlah sampai meleset. Supaya tidak sampai salah pilih, pertimbangan yang di ambil perlu lebih banyak, dan keputusan besar dalam hidup itu seharusnya tidak boleh diambil secara tergesa-gesa.


3.2 Saran
Dalam memilih calon pendamping hidup, jangan sampai terburu-buru, karena pekerjaaan apa pun kalau di kerjakan secara terburu- buru hasil nya tidak akan maksimal. Apalagi ini hal sangat penting dalam hidup. Harus banyak pertimbangan, harus tahu bibit bobot nya, jangan asal milih hanya karena cinta semata. Pernikahan harus satu kali dalam hidup.

                                                                                                                                   
DAFTAR PUSTAKA


Hite, Shere, The Hite Report on Male Sexuallity. A Dell Book, 1981
Master, William H, MD, Heterosexuallity, HerperCollins,1986
Mahoney, ER, MD. Human Sexuality. McGawHill Lnc, 1983
http://www.anneahira.com/suami-soleh.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar